Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2018

Doaku Hanya 2 Kriteria

Semalam aku berdiskusi dengan pacarku tentang keseriusannya menjalin hubungan bersamaku. Dia mengatakan bahwa sampai hari ini, dia menganggap aku adalah jodohnya. Karena dia percaya aku adalah anugrah yang sudah Tuhan berikan dihidupnya. Pertemuan kami bukanlah sebuah kebetulan terjadi,  dan sangat jelas terlihat jika saja salah 1 dari kami mengambil keputusan yang satu saja sejak 4-5 tahun yang lalu, kami tidak akan bertemu. Waktu Tuhan itu sempurna,  dan cara Tuhan itu unik. Selain karna dia merasa kami dipertemukan di waktu yang tepat, ada beberapa kriteria yang selalu dia minta kepada Tuhan. Dan aku memenuhi 2 dari beberapa kriteria tersebut katanya. (*sedikit juga ya kalau aku hanya memenuhi dua) Namun 2 kriteria itu adalah kriteria yang utama katanya. Dan sisanya (aku ga tau berapa jumlah kriteria yang dia doakan) hanya kriteria pendukung. Dia selalu berdoa agar dia (1) memiliki pasangan yang mempunyai perasaan yang mutual . (2) dia berdoa agar mempunyai pasangan yang ...

Honeymoon Period

Kenapa kok judulnya honeyMOON tapi gambarnya SUN?  Karna dia seperti sang surya yang menyinari hidupku setiap hari 😆 *cieileeeh 😝 hahahhahaa *jijai* Aku mau menceritakan honeymoon phase/honeymoon period yang kami alami dalam hubungan kami yang baru seumur jagung ini (4 bulan). Apakah honeymoon phase atau honeymoon period itu?  Secara garis besar,  relationship terdiri dari 3 stages. (1) the lust stage/beginning stage. Tahap awal ini adalah tahap dimana kita menyadari bahwa kita menyukai seseorang dan kita ingin menjalin sebuah hubungan dengan orang tersebut. (2) honeymoon phase. Ini adalah fase yang akan aku bagikan. (3) attachment. Adalah fase yang paling panjang dan paling serius dalam sebuah hubungan. "The honeymoon phase is a fusion of the physical and the emotional attraction between two people. This happens when you have played out most of your lust and have truly begun to bond with someone. This phase in a relationship can be intimidating to youn...

Decision

Dua hari setelah dia menyatakan perasaannya, kami pergi nonton di sebuah pusat perbelanjaan di Kota Kupang.  Sebelumnya aku sudah mengatakan bahwa aku akan memberikannya jawaban dihari dimana kami akan pergi nonton.  Sepanjang jalan,  sepanjang pemutaran film, aku tak bisa berhenti berpikir apa yang harus aku katakan kepadanya. Setelah nonton,  dia mengajakku pergi ke tempat makan paling kece di kota ini, kami pergi ke Beer and Barrel (BnB). Sepanjang waktu itu aku tidak pernah berhenti untuk memikirkan kalimat apa yang aku harus katakan kepadanya. Atau sekedar bagaimana aku harus memulai percakapan tentang perasaanku kepadanya. Ah, ataukah pernyataan perasaan dari dia dua hari yang lalu bukanlah hal yang nyata? Hm. Sepertinya aku sudah bermimpi bahwa dia suka kepadaku.. Malam itu aku memilih diam dan tidak mengungkit tentang jawaban atau perasaanku. Dua hari yang lalu mungkin hanya imajinasiku. Setelah selesai makan, dia mengajakku pindah ke bagian lain. Kami b...

Isn't it too fast?

Hari senin itu,  4 Desember 2017. Adalah hari pertama dia menginjakkan kaki di sekolah tempat saya mengajar. Adalah hari pertama kami berkenalan. Perkenalan yang sangat berkesan. Tanpa sadar,  kesan pertama itu sangat berkesan dan meninggalkan jejak di memoriku.. Hingga aku terus membayangi sosoknya dan setiap gerak-geriknya. 2 hari berlalu sejak perkenalan pertama kami. Salah seorang rekan kerja mengajakku untuk ikut mereka ke Pantai di pinggiran kota. Tujuannya untuk mengajak Pak Alfred jalan-jalan. Aku bersedia ikut. Selain karna aku tertarik dengan dia,  aku juga senang menambah teman. Malam itu kami bertiga bersantai di pantai,  membicarakan banyak hal. Seperti sebelumnya, aku merasa sangat nyaman berkomunikasi dengan dia. Besok dan besoknya, kami memutuskan untuk pergi ke sebuah tempat lagi. Bertiga lagi. Tetap membicarakan banyak hal,  namun saat itu aku banyak memilih diam. Aku rasa dia memperlakukan rekan kerjaku lebih istimewa dari pada dia memperla...

Memeluk Perasaan

Ketika memutuskan pacaran 2 tahun yang lalu, aku benar-benar menutup diri bagi pria-pria lain. Selama 20 bulan aku berpacaran dulu,  saya dan "ex" cukup serius membicarakan mengenai pernikahan,  rumah setelah menikah,  dsb,  dsb. Kami sudah saling mengenal orang tua masing-masing. Bahkan kami had a lunch as a big family, yes, keluarga kami bertemu. Betapa seriusnya hubungan kami dulu. Namun memang pasangan sejati akan saling melengkapi,  aku merasa dia tidak bisa melengkapiku dan semakin lama aku semakin tidak mengerti dia. 15 bulan berjalan baik dengan konflik yang bisa di selesaikan baik-baik.. Namun selanjutnya, setelah natal sampai awal tahun 2017 kami akan selalu berantem saat ngomongin pernikahan. Hingga kata-kata makian kepada satu sama lain keluar begitu saja dari mulut masing-masing. Setiap kami telfonan (yang jarang di lakukan) kami akan menutup telfon dengan emosi. Dalam pacaran (LDR),  aku mempunyai ekspektasi agar pasanganku memberikan kabar...